Visitor

Sabtu, 28 September 2024

Panorama Kota Beijing

 

Panorama Kota Beijing

 

Kota Baijing, sebagai ibukota Republik Rakyat Tiongkok , menjadi salah satu tujuan bagi peserta Benchmarking Batch 4 yang diselenggarakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ( Kemendes PDTT ) bekerjasama dengan Ministry of Agriculture and Rural Affair ( MARA ) Tiongkok. Beijing bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga Kota bersejarah dan Kota  Metropolitan modern yang mampu memukau, menawarkan banyak inspirasi bagi para peserta untuk meningkatkan wawasan dan strategi dalam membangun Desa di Indonesia, Desa para peserta Benchmarking Batch 4 dan Desa Dabulon pada khususnya, Sabtu ( 28/09/2024 ).



Beijing, yang sebelumnya dikenal sebagai Peking, telah lama menjadi pusat politik, budaya dan ekonomi Tiongkok. Kota ini pertama kali menjadi Ibukota pada zaman Dinasti Yuan ( 1271-1368 ), kemudian dipertahankan oleh Dinasti Ming ( 1368-1644 ) dan Dinasti Qing ( 1644-1912 ). Meskipun mengalami berbagai perubahan politik, Beijing tetap menjdi Ibukota Republik Rakyat Tiongkok sejak didirikannya Negara Tiongkok pada tahun 1949 oleh Mao Zedong.

Sebagai salah satu dari Kota tertua di dunia dengan sejarah lebih dari 3.000 tahun, Beijing menyimpan kekayaan budaya yang tak tertandingi, seperti Tembok Besar China ( The Geat Wall of China ), Kota Terlarang dan Kuil Surga, yang menjadikan simbol kekuatan dan kebanggaan Tiongkok. Kini, Beijing adalah pusat administrasi utama, sekaligus Kota Metropolitan yang dinamis dengan perkembangan ekonomi, teknologi dan infrastruktur yang maju sangat pesat.

Setibanya di Beijing, para peserta Benchmarking Batch 4 ditempatkan di Hotel Landmark, yang menawarkan pemandangan spektakuler dari lantai atasnya. Dari Hotel Landmark ini, para peserta dapat melihat luasnya panorama Kota Beijing yang mencakup campuran bangunan modern pencakar langit dan situs-situs bersejarah.

Disisi timur Kota , terlihat kawasan bisnis CBD Beijing yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur futuristik, seperti China Zun Tower, salah satu Gedung tertinggi di Beijing. Disis barat terlihat lanskap yang lebih tradisional dengan Pagoda dan area bersejarah, menciptakan kontras yang menarik antara masa lalu dan masa modern.

Pemandangan dimalam hari juga memukau dengan lampu-lampu kota yang berkilauan, memancarkan kemegahan Beijing sebagai salah satu pusat Kota Metropolitan dunia. Hotel Landmark memberikan pengalaman unik bagi para peserta untuk menyaksikan betapa megahnya perpaduan budaya kuno dan kemajuan modern yang harmonis di Beijing.

Begitu tiba di Beijing, para peserta Benchmarking Batch 4 merasakan kekaguman yang luar biasa dan antusiasme yang luar biasa. Kesan pertama para peserta adalah Kota yang sibuk dan penuh energi, dengan sistem transportasi yang sangat modern dan teratur. Bandara Internasional Beijing Daxing yang mereka singgahi adalah salah satu bandara paling canggih di dunia, menjadi simbol pintu gerbang menuju Kota Metropolitan.

Para peserta juga terkesan dengan keteraturan Kota yang tertata dengan baik, transportasi umum yang efisien dan keramahan penduduk setempat yang dengan senang hati membantu mereka meski ada perbedaan bahasa. Udara segar yang terasa di tengah hiruk pikuk Kota memberi kesan positif tentang kebersihan lingkungan dan keseriusan Pemerintah Tiongkok dalam menjaga keseimbangan antara urbanisasi dan kelestarian alam.

Salah satu peserta dari Desa Dabulon Anuar Sadat mengungkapkan “ Kota ini luar biasa megah, tetapi yang lebih mengesankan adalah bagaimana Pemerintah Tiongkok menjaga sejarah dan budaya, meskipun mereka terus berkembang sangat pesat “

Program Benchmarking Batch 4 yang diadakan di Chengdu Beijing tidak hanya bertujuan untuk memperkenalkan teknologi dan kebijakan pertanian modern, ekonomi tetapi juga untuk memberikan inspirasi bagi para Kepala Desa tentang bagaimana sebuah Negara bisa tumbuh besar tanpa meninggalkan identitas budayanya. Beijing, dengan segala kemajuannya, menjadi bukti bahwa kesejahteraan masyarakat desa bisa diraih jika ada keseriusan dan kebijakan yang tepat.

Para peserta mendapatkan motivasi kuat dari pengalaman melihat langsung bagaimana pembangunan perdesaan di Tiongkok berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat tanpa mengabaikan pentingnya teknologi dan inovasi. Para peserta menyaksikan betapa pentingnya investasi dalam infrastruktur, pendidikan dan pertanian berkelanjutan dalam membangun desa yang mandiri.

Salah satu peserta , Anuar Sadat berbagi pandangannya “ Melihat Beijing membuat saya termotivasi untuk memikirkan bagaimana caranya membawa kemajuan teknologi ke Desa saya, tetapi tanpa melupakan adat dan budaya yang kita miliki. Pembelajaran ini sangat berharga untuk diterapkan di Desanya “ imbuhnya. Motivasi ini menjadi refleksi bagi para peserta bahwa keberhasilan pembangunan desa tidak hanya bergantung pada kebijakan, tetapi juga kolaborasi dan kerja keras dari semua pihak, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Desa.

Panorama dan suasana Kota Beijing memberikan kesan mendalam bagi para peserta Benchmarking Batch 4. Kota yang kaya akan sejarah namun terus berkembang pesat menjadi motivasi tersendiri bagi para peserta untuk membawa perubahan positif di Desa masing-masing. Dengan bekal pengetahuan yang meraka dapatkan selama di Chengdu Beijing, diharapkan para Kepala Desa dapat menerapkan inovasi dan strategi yang lebih baik dalam memajukan desanya, serta tetap menjaga kearifan lokal dan budaya yang dimilikinya.

Village Head Benchmarking Program Batch 4 telah berakhir , secara resmi di tutup oleh Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Nugroho Setijo Nagoro, Jum’at 27 september 2024 di Universitas Pertanian Sichuan. Perseta Benchmarking Batch 4 pun telah tiba di tanah air , membawa sejuta harapan untuk membangun desanya masing-masing, begitu juga dengan Kepala Desa Dabulon Anuar Sadat, Rencana Tindak Lanjutpun telah menanti guna mewujudkan Tata Kelola Desa yang baik serta perencanaan pembangunan yang berkelanjutan dan memiliki daya saing.

 

0 comments:

Posting Komentar

LINK ARTIKEL TERBARU